Jakarta- Transformasi Publik.com
Kecewa terhadap Pengurus Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kota Bekasi, para orangtua atlet geram terhadap pengurus dan mengancam keluar dari Percasi Kota Bekasi.
Sala satu orangtua atlet mengajak kepada seluruh orangtua agar mengundurkan diri secara massal, hal itu pun ditimpali para orangtua atlet lainnya dan setuju.
Sebagai informasi, kisruh tersebut bermula pada Persiapan Kejuaraan Nasional Catur yang akan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 13 s.d 20 Maret 2023 di grup watshap orangtua atlet Percasi Kota Bekasi, dimana persiapan Atlet junior pada kejurnas tidak ada persiapan bahkan rapat persiapan pun tidak ada. Sementara atlet catur daerah lain sudah sangat siap misalnya dari kabupaten Bogor,Jakarta dan daerah lainnya bahkan biaya akomodasi atlet yang ikut Kejurnas di biayai oleh masing masing cabor.
Mengingat Undang Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2005 tentang sistem keolahragaan adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistimatis,terpadu,dan berkelanjutan.
Kemudian menjadi satu kesatuan yang meliputi pengaturan pendidikan, pelatihan serta pembinaan guna mencapai ke level nasional, pasal 1 ayat 8,disebutkan bahwa:“Pembina olahraga adalah orang yang memiliki minat dan pengetahuan,kepemimpinan,kemampuan manajerial, dan pendanaan yang didedikasikan untuk kepentingan atlet.
Pasal 21 ayat 2 menjelaskan Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputipengolahraga, ketenagaan,pengorganisasian,pendanaan,metode, prasarana dan sarana, serta penghargaan keolahragaan.
Menanggapi hal tersebut,kepada media, Ketua Umum LSM Pencegahan Korupsi Anggaran Pemerintah Republik Indonesia (PKAP RI) Tomu U Silaen menyesalkan adanya dugaan pembiaran terhadap atlit Percasi kota Bekasi.
"Hemat saya, setiap cabang olahraga(cabor) itu ada dana pembinaan bahkan sampai persiapan turnamen dari tingkat daerah sampai ke level nasional. Namun semua kembali kepada pengurusnya apakah ada perhatian kepedulian dan mau bekerja keras untuk mencari dana demi majunya atletnya. Tapi sepertinya pengurus kurang peka terhadap keluhan atlet.
"Saya ini kan pengurus Percasi juga, tapi apa daya saya sudah berupaya namun solusi tidak ditanggapi. Sala satu contoh, selama 2 kali Kejurda tidak ada transparansi laporan keuangan, bagaimana saya bisa bekerja maksimal bila laporan pelaksanaan turnamen dibuat sendiri. Maaf ya bukan maksud ada dugaan korupsi, tapi sikap cuek pengurus sangat keliatan dan merasa paling berkuasa.
Jadi bila begini terus yang terjadi, atlet di biarkan, tidak ada kepedulian, tidak ada evaluasi kinerja, menurut saya sebaiknya Walikota Bekasi harus turun tangan terhadap persoalan ini bila perlu segera keluarkan rekomendasi rapat luar biasa untuk mengevaluasi tanggungjawab seluruh pengurus Percasi Kota Bekasi.
(Red)